PROPOSAL PTK BAHASA INDONESIA
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SISWA KELAS
IV SD TERHADAP TEKS PANJANG
MELALUI PEMILIHAN
KATA KUNCI UNTUK SETIAP
PARAGRAF DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Oleh:
ETI SUHAETI
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Bahasa
merupakan alat komnikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan,
saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan
kemampuan intelektual.
Belajar
bahasa pada hakekatnya adalah belajar tentang bagaimana cara berkomunikasi yang
baik berdasarkan kaidah yang berlaku. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis.
Pembelajaran
bahasa diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Siswa diharapkan
tidak hanya memapu memahami informasi yang disampaikan secara langsung
melainkan juga yang disampaikan secara tidak langsung. Untuk itu arah dan
tujuan pembelajarannya selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga
untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar, serta memperluas wawasan.
Dalam pembelajaran berbahasa terdapat empat aspek pokok yang harus dikuasai,
keempat aspek tersebut adalah kemampuan menyimak, membaca, menulis dan
berbicara.
Dalam
bentuk tulisan, menggunakan bahasa sangat dipengaruhi oleh tanda baca, ejaan,
dan paragraf. Sedangkan secara lisan penggunaan bahasa sangat dipengaruhi oleh
informasi, nada, irama, tekanan kata, tekanan kalimat, dan tempo.
Fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud
dalam hal ini adalah sesuatu proses penyampaian maksud atau isi hati pembicara
kepada orang lain (lawan bicara) dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud
komunikasi dapat berupa pengungkapan
pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, atau penyampaian informasi tentang suatu
peristiwa.
Salah
satu bahan pengajaran bahasa yang terdapat dalam kurikulum adalah ”memahami
teks panjang”.
Selama
ini para guru sangat sulit mengajarkan teks panjang. Biasanya hanya siswa
cerdas saja yang bisa memahami teks panjang, sementara siswa yang kurang cerdas
tidak memahami teks panjang. Tetapi jika suatu teks itu pendek, maka siswa pada
umumnya bisa memahami teks itu dengan relatif mudah.
Oleh
karena itu jika suatu teks panjang itu dipecah-pecah menjadi beberapa paragraf,
maka diperkiranya siswa umumnya akan lebih mudah memahami teks itu. Setelah
satu persatu paragraf dipahami oleh siswa, kemungkinan keseluruhan paragraf
dalam teks panjang itu dapat dipahami juga oleh siswa.
Cara
lainnya adalah mencari kata-kata ”kunci” dalam setiap paragraf. Selama ini
biasanya siswa berusaha menghapal paragraf demi paragraf. Cara-cara ini tentu
saja sangat menyulitkan siswa. Lagi-lagi hanya siswa yang cerdas yang bisa
melakukannya. Kebanyakan siswa sangat sulit menghapal suatu teks yang panjang.
Terlebih-lebih dalam zaman revoluasi buku dan informasi ini rasanya kurang
tepat menggunakan metode hapalan. Memang metode ini (hapalan) tetap masih
penting, tapi terbatas untuk meteri-materi yang sangat ”esensial”.
Hanya
persoalannya, mencari kata ”kunci” tidaklah mudah. Guru harus bersabar melatih
siswa untuk memilih kata-kata ”kunci” dalam setiap paragraf. Setelah terbiasa umumnya siswa bisa
memilih kata-kata ”kunci” dengan tepat.
B. KAJIAN TEORI
Rooijakkers (1990) membuat satu bab khusus
tentang “ketrampilan membuat karya tulis”. Penyusunan makalah dimulai dengan
membuat ikhtisar, baru kemudian menyusun karya tulis (makalah) secara lengkap.
Tulisan Rooijakkers ini dapat dijadikan dasar
teoritis PTK ini.
Menurut Rooijakkers, ikhtisar terdiri dari
tiga tahapan: pertama, menentukan tema, kedua, menentukan apa
yang dibicarakan berhubungan dengan tema tersebut, dan ketiga, memilih
hal-hal yang perlu ditulis dalam ikhtisar tersebut. Melalui ketiga tahapan
tersebut mahasiswa akan dapat membuat ikhtisar yang baik serta dapat bekerja
penuh dan berdaya guna. Untuk membuat ikhtisar, maka seseorang terlebih dahulu
perlu mempunyai pandangan yang luas dan mendalam tentang masalah yang
dibicarakan.
Menentukan tema. Rooijakkers (1990) menyebutkan, kalau anda
ingin memahami suatu karangan dan kemudian hendak membuat ikhtisarnya maka anda
perlu menelaah secara cermat uraian tentang pokok masalahnya; bahkan juga anda
perlu mempunyai pandangan tentang setiap bagian yang ada di dalamnya. Hal
terpenting di sini, menurut Rooijakkers, adalah anda harus dapat melihat jalan
ceritanya serta dapat memegangnya. Pokok dari masalah yang dibicarakan dalam
suatu karangan itu disebut “tema”.
Seluruh uraian mempunyai “tema”, tetapi tiap
bagian juga mempunyai “tema”-nya sendiri-sendiri. Tema merupakan pokok untuk
bagian tertentu. Tema dalam suatu karangan seringkali disebut secara
jelas-jelas, namun tidak jarang pula dinyatakan dengan kata-kata yang
menunjuknya. Dalam hal yang terakhir ini anda perlu memperhatikan kata-kata yang
menunjuk tema termaksud. Sebagai contoh, karangan tentang “presiden” tentu akan
ada namanya, selain sebutan-sebutan lainnya, antara lain pemimpin, kepala
negara, orang penting, dan lain sebagainya. Anda harus tahu bahwa kata-kata
seperti itu dimaksudkan sebagai petunjuk tema karangan yang bersangkutan. Dalam
suatu alinea kadang-kadang pembaca mudah sekali menemukan temanya. Tetapi tidak
jarang pula tema sulit ditemukan. Walau begitu toh perlu dicari tema tiap
bagian kecil atau tiap alinea dalam suatu karangan. Sebabnya, tanpa mengetahui
temanya kiranya sulit untuk membuat suatu ikhtisar.
Menentukan apa
yang perlu dibicarakan berhubungan dengan tema. Kalau pembaca sudah
mengetahui tema karangan yang sedang dihadapinya, selanjutnya dapat ditentukan
apa yang dibicarakan berhubungan dengan tema itu. Bila kita memperhatikan suatu
alinea, lanjut Rooijakkers, tema yang termuat di dalamnya tersusun dari
“ungkapan dasar” dan “keterangan tambahan” tentang ungkapan dasar itu. Skemanya
dapat dilihat berikut ini:
TEMA = UNGKAPAN DASAR + KETERANGAN TAMBAHAN
Seringkali suatu alinea diawali dengan ungkapan
dasar, kemudian disusul dengan keterangan-keterangan tambahan.
Keterangan-keterangan tersebut memberi jawaban atas pertanyaan yang
dilontarkan. Misalnya: siapa yang bersangkutan, bagaimana halnya, bilamana
terjadi, bagaimana proses kejadiannya, dan lain sebagainya. Keterangan itu
memberi penjelasan tentang ungkapan dasar. Rooijakkers mencontohkan satu alinea
dari sebuah naskah di sebuah Harian:
Sistem modul pertama kali saya temui dalam perkuliahan. Di situ mahasiswa
dituntut untuk selalu tekun mengikuti kuliah. Dalam sisten tersebut digunakan
apa yang disebut “kertas kuliah”, dan pengajar tidak menjadi medium belajar
secara langsung. Kertas kuliah itu berisi bahan kuliah yang harus dibaca,
dimengerti dan dibahas sendiri oleh mahasiswa.
Manakah “tema”, mana “ungkapan dasar”, dan mana
pula “keterangan-keterangan dalam contoh naskah di atas, sebagai berikut:
TEMA
|
=
|
Sistem modul
|
UNGKAPAN DASAR
|
=
|
Sistem dengan
tata kerja memberi tugas kepada para mahasiswa
|
KETERANGAN-KETERANGAN
|
=
|
Perubahan
kegiatan pengajar serta arti “kertas kuliah”
|
Untuk membuat suatu ikhtisar mahasiswa perlu
mengetahui susunan tiap alinea serta menelitinya; juga mencari temanya serta
melihat bagaimana tema itu tersusun dari ungkapan dasar dan
keterangan-keterangan tambahan.
C. PERUMUSAN MASALAH
Masalah utama penelitian
tindakan kelas ini adalah, bagaimana upaya meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD
terhadap teks panjang melalui pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia?
Adapun
secara khusus dan operasional, masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian
ini dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan berikut:
1.
Bagaimanakah ”perencanaan” mengajarkan Bahasa Indonesia
yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks panjang melalui
pendekatan ”konvensional” dan ”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”?
2.
Bagaimanakah ”pelaksanaan” mengajarkan Bahasa Indonesia
yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks panjang melalui
pendekatan ”konvensional” dan ”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”?
3.
Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa terhadap teks
panjang dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan ”konvensional” dan pendekatan
”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”?
4.
Sejauh mana efektivitas pendekatan ”konvensional” dan
pendekatan ”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf” dalam meningkatkan
pemahaman siswa terhadap teks panjang?
D. TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode ”pemilihan
kata kunci untuk setiap paragraf” dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap
teks panjang pada pelajaran Bahasa Indonesia di SD.
Adapun
secara khusus dan operasional, PTK ini bertujuan sebagai berikut:
1.
Mengetahui ”perencanaan” mengajarkan Bahasa Indonesia
yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks panjang melalui
pendekatan ”konvensional” dan ”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”.
2.
Mengetahui ”pelaksanaan” mengajarkan Bahasa Indonesia
yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks panjang melalui
pendekatan ”konvensional” dan ”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”.
3.
Mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap teks panjang
dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan ”konvensional” dan
pendekatan ”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”.
4.
Mengukur efektivitas metode ”konvensional” dan pendekatan
”pemilihan kata kunci untuk setiap paragraf”
E. MANFAAT
PTK
Hasil
PTK ini sangat bermanfaat terutama bagi guru Bahasa Indonesia, Kepala Sekolah, dan
Kepala UPTD PAUD dan SD, yakni:
1.
Bagi guru Bahasa Indonesia, hasil PTK ini dapat dijadikan
model pengajaran teks panjang melalui metode ”pemilihan kata kunci dalam setiap
paragraf”.
2.
Bagi Kepala SD, hasil penelitian ini – jika terbukti metode
”pemilihan kata kunci dalam setiap paragraf” memang berhasil – dapat dijadikan
“model” pembelajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan pemahaman siswa
terhadap teks panjang. Hasil penelitian ini pun dapat disebarkan kepada setiap
guru yang mengajarkan pemahaman teks panjang dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
3.
Bagi Kepala UPTD PAUD dan SD, hasil penelitian ini dapat
disebar-luaskan kepada seluruh guru Bahasa Indonesia di wilayah kerjanya.
F. DEFINISI ISTILAH
Ada
3 (tiga) istilah dalam judul PTK ini yang perlu mendapat penjelasan, yaitu: ”kata
kunci”, ”paragraf”, dan “teks panjang”.
”Kata
kunci” adalah ......................................................................................
”Paragraf”
adalah .........................................................................................
”Teks
panjang” adalah ..................................................................................
G. METODE PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
(CAR).
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan ini
dilaksanakan dalam 2 (dua) putaran (siklus), yakni Putaran I (menggunakan metode “konvensional”),
dan Putaran II (menggunakan metode
”pemilihan kata kunci dalam setiap paragraf”). Pada setiap siklusnya terdiri dari 4
tahap kegiatan, yaitu: (1) planning (perencanaan pengajaran), (2) acting
(pelaksanaan pengajaran), (3) observing (dengan membandingkan hasil pre-test
dan post-tes), dan (4) reflecting (menganalisis efektivitas pendekatan yang
telah dilakukan dalam pelaksanaan pengajaran).
Sesuai dengan tahap-tahap kegiatan PTK,
maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada Siklus/Putaran I sebagai berikut:
1.
Tahap pertama, PLANNING (perencanaan), adalah menyusun perencanaan
pengajaran (RPP) dengan metode
konvensional.
2.
Tahap kedua, ACTING (pelaksanaan), adalah melaksanakan pengajaran
dengan metode konvensional.
3.
Tahap ketiga, OBSERVING (observasi), yakni mengobservasi kemampuan
siswa membaca Al-Quran sebagai dampak dari pengajaran yang menggunakan metode
konvensional.
4.
Menilai ”keberhasilan” metode konvensional, yakni dengan
membandingkan skor pre-test dengan skor pos-test.
Setelah dianalisis ternyata ”kurang”
berhasil, atau ”gagal”, sehingga perlu dilakukan Putaran II yang menggunakan metode
lain, dalam hal ini ”pemilihan kata kunci dalam setiap paragraf”. Pada Putaran II
ini pun dilakukan 4 (empat) tahap berikut:
1.
Tahap pertama, PLANNING (perencanaan), adalah menyusun
perencanaan pengajaran (RPP) dengan metode ”pemilihan kata kunci dalam setiap paragraf”.
2.
Tahap kedua, ACTING (pelaksanaan), adalah melaksanakan
pengajaran dengan metode ”pemilihan
kata kunci dalam setiap paragraf”.
3.
Tahap ketiga, OBSERVING (observasi), yakni mengukur
pemahaman siswa terhadap teks panjang sebagai dampak dari pengajaran yang
menggunakan metode ”pemilihan kata kunci dalam setiap paragraf”.
4.
Menilai ”keberhasilan” metode ”pemilihan kata kunci dalam
setiap paragraf”, yakni dengan membandingkan skor pre-test dengan skor
pos-test.
Langkah terakhir adalah membandingkan
efektivitas metode ”pemilihan kata kunci dalam setiap paragraf”dengan
efektivitas metode “konvensional”, yakni dengan cara membandingkan pemahaman
siswa terhadap teks panjang sebagai dampak pengajaran dari kedua metode tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud (1999), Penelitian Tindakan (Action Research), Bahan
Pelatihan, Jakarta: Direktorat PMU Ditjen Dikmenum.
Munawar Rahmat (2008), “Pelatihan
Penelitian Tindakan Kelas dalam CD”, Bandung:
YBHI Press.
________ (2008), “Cara Mudah Memahami
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas”, Makalah dalam Pelatihan PTK, Tim
Instruktur Diklat KTI & PTK Prodi Pendidikan Umum/Nilai Sekolah
Pascasarjana UPI.
________ (2008), “Rukun Penelitian
Tindakan Kelas”, Makalah dalam Pelatihan PTK, Makalah dalam Pelatihan PTK, Tim
Instruktur Diklat KTI & PTK Prodi Pendidikan Umum/Nilai Sekolah
Pascasarjana UPI.